Topikseru.com – Kasus keracunan masal di Bandung Barat jadi sorotan. Pemerintah pusat menegaskan evaluasi menyeluruh tanpa menghentikan Program Makan Bergizi Gratis .
Program MBG yang diluncurkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kini menjadi sorotan publik setelah berulang kali memicu kasus keracunan massal di Kabupaten Bandung Barat.
Meski korban mencapai ribuan pelajar dari tingkat PAUD hingga SMA, pemerintah pusat melalui Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), menegaskan bahwa tidak ada rencana penghentian program MBG.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar di tengah masyarakat: apakah program MBG benar-benar layak diteruskan di tengah risiko kesehatan yang membayangi anak-anak sekolah?
Kronologi Lengkap Kasus Keracunan Masal MBG di Bandung Barat
Kasus keracunan makanan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat menjadi salah satu peristiwa paling serius dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kurun waktu kurang dari sepekan, tercatat tiga kejadian besar dengan total korban mencapai ribuan pelajar. Berikut penjabaran rinciannya:
Kasus Pertama – Senin, 22 September 2025 (Kecamatan Cipongkor)
Gelombang pertama keracunan terjadi di Kecamatan Cipongkor. Sebanyak 475 pelajar dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP hingga SMA mengalami gejala keracunan. Gejala yang muncul cukup seragam, yakni mual, muntah-muntah, sakit perut, pusing, hingga diare.
Para korban segera mendapatkan penanganan medis di puskesmas setempat. Namun, karena jumlah pasien melonjak tajam, sebagian harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar di sekitar Kabupaten Bandung Barat. Pihak keluarga korban merasa panik, terutama karena kejadian ini terjadi secara tiba-tiba tanpa ada peringatan sebelumnya.
Kasus Kedua – Rabu, 24 September 2025 (Cipongkor kembali)
Belum selesai penanganan kasus pertama, dua hari kemudian keracunan massal kembali terulang di Cipongkor. Jumlah korban kali ini bahkan lebih besar, mencapai 500 pelajar. Kondisi ini memperburuk suasana panik di kalangan masyarakat.
Banyak orang tua mendatangi sekolah dan fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi anak mereka. Ambulans dari berbagai daerah dikerahkan, sementara tenaga medis dari Kota Bandung, Cimahi, hingga wilayah Kabupaten Bandung ikut turun tangan untuk membantu.
Kasus kedua ini membuat masyarakat bertanya-tanya mengenai sistem pengawasan makanan dalam program MBG. Pasalnya, kejadian berulang dalam waktu singkat menunjukkan adanya kelemahan serius dalam distribusi dan pengawasan kualitas makanan.
Kasus Ketiga – Rabu, 24 September 2025 (Kecamatan Cihampelas)
Pada hari yang sama, insiden keracunan juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Cihampelas. Kali ini, 60 pelajar menjadi korban setelah mengonsumsi menu MBG. Meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dua kasus sebelumnya, peristiwa ini memperkuat indikasi bahwa masalah dalam program MBG bukanlah kasus terisolasi, melainkan sistemik.
Gejala yang dialami korban tidak jauh berbeda: mual, muntah, pusing, dan lemas. Sebagian besar korban merupakan siswa tingkat SD dan SMP. Penanganan dilakukan lebih cepat karena pemerintah daerah sudah menyiagakan fasilitas kesehatan setelah kejadian sebelumnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya