Topikseru.com – Bencana banjir tidak hanya merenggut tempat tinggal dan harta benda, tetapi juga memutus jalur komunikasi, meninggalkan rasa cemas dan ketidakpastian bagi para pengungsi serta keluarga yang terpisah.
Dalam situasi darurat seperti ini, terputusnya akses komunikasi menjadi beban emosional yang sangat berat, terutama bagi orang tua yang tidak mengetahui kondisi anak-anak mereka.
Di tengah keterbatasan tersebut, sebuah momen haru terjadi di pengungsian Aceh Tamiang ketika seorang ayah korban banjir akhirnya berhasil terhubung kembali dengan buah hatinya.
Peristiwa ini menjadi potret nyata betapa koneksi sederhana seperti panggilan video memiliki arti yang sangat besar bagi ketenangan batin korban bencana.
Video Viral Pengungsi Aceh Tamiang Menggugah Empati Publik
Momen emosional ini diabadikan dalam sebuah video singkat yang diunggah akun TikTok @PetuahTV pada Senin, 15 Desember 2025.
Dalam rekaman tersebut, terlihat jelas ekspresi lega, bahagia, dan penuh syukur dari seorang pria pengungsi yang akhirnya mendapatkan akses internet setelah sekian lama terputus.
Video ini dengan cepat menyebar dan menyentuh hati banyak orang. Bukan karena durasinya, melainkan karena makna kemanusiaan yang terkandung di dalamnya.
Di tengah hiruk-pikuk penanganan bencana, tayangan ini mengingatkan bahwa hubungan keluarga dan komunikasi adalah kebutuhan mendasar yang tidak boleh terabaikan.
Akses Internet Jadi Penghubung Emosi di Tengah Pengungsian
Dalam video tersebut, pria pengungsi tampak tak menyia-nyiakan kesempatan ketika jaringan internet kembali tersedia. Ia langsung membuka ponselnya dan melakukan panggilan video untuk menghubungi keluarganya yang berada di lokasi berbeda.
Kebahagiaan semakin terasa saat wajah anaknya yang masih kecil muncul di layar. Senyum sang ayah menggambarkan kelegaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Rasa rindu dan kecemasan yang selama ini tertahan akhirnya terbayar lunas dalam hitungan detik.
Momen ini memperlihatkan bahwa akses komunikasi di pengungsian bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan penopang kesehatan mental para korban banjir.












