Dia menilai, perubahan ke bentuk uang tunai, di tengah sengkarut data petani penerima, akan menambah situasi semakin runyam.
Abiyadi menyebut ada beberapa persoalan yang akan muncul ketika perubahan ini benar-benar terjadi. Pertama, kata dia, petani penerima tidak akan tepat sasaran.
Penentuan penerima BLT bisa saja hanya berdasarkan kedekatan antara pengurus dengan petani. Berbeda dengan sistem tebus, yang mana petani bisa datang langsung ke kios-kios resmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedua, lanjutnya, uang yang seharusnya untuk membeli pupuk lebih cenderung beralih untuk keperluan lain di luar pertanian. Misalnya, untuk membeli emas, uang muka pembelian motor, hingga untuk hal lain.
Ketiga, lanjut Abyadi, selisih harga antara nonsubsidi dengan subsidi sangat jauh, sementara uang BLT pemerintah tidak cukup, sehingga petani akan membeli pupuk murah dengan kualitas rendah.
“Akibatnya, pertanian kita akan semakin kacau. Produksi akan menurun drastis. Ujung-ujugnya pemerintah akan impor beras. Sekarang saja akibat perubahan iklim dan El Nino produksi beras nasional anjlok. Apalagi tidak dengan pupuk yang baik,” pungkasnya.(Cr1/topikseru.com)