Ketika dana terbatas terkumpul untuk membeli komputer, pilihan logis jatuh pada laptop Windows kelas pemula atau perangkat bekas.
Meski lebih lambat, laptop tersebut bisa menyimpan materi belajar secara lokal, memasang berbagai aplikasi, dan tetap berfungsi meskipun tanpa internet.
Chromebook, sebaliknya, menawarkan harga rendah tetapi dengan syarat: ekosistem internet yang stabil, daya beli masyarakat yang kuat, dan dukungan teknis memadai—tiga hal yang belum sepenuhnya tersedia di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Simbol Ketidaksetaraan Digital
Pada akhirnya, Chromebook memang efektif di negara dengan infrastruktur digital matang. Tetapi di Indonesia, tanpa perbaikan fundamental konektivitas, ia berisiko menjadi simbol baru ketidaksetaraan.
Ibarat memberikan mobil balap kepada seseorang yang tidak memiliki jalan raya, memaksakan penggunaan Chromebook di ruang kelas justru bisa membuat siswa dari daerah 3T semakin tertinggal dari arus digitalisasi.
Fakta Kasus Chromebook yang Menyeret Nadiem Makarim

Kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek yang menyeret mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim (NAM), kini menjadi sorotan utama publik.
Kejaksaan Agung (Kejagung) telah resmi menetapkan Nadiem Makarim sebagai tersangka, dengan tuduhan pelanggaran serius dalam proyek digitalisasi pendidikan periode 2019–2022.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan dan alat bukti, kembali menetapkan satu orang tersangka dengan inisial NAM (Nadiem Anwar Makarim),” kata Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Nurcahyo Jungkung Madyo, di Gedung Jampidsus, Jakarta, Kamis (4/9).
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya