Dalam catatan sejarah, Gunung Lewotobi Laki-Laki tercatat mengalami erupsi besar pada tahun 1907, 1865, dan 1868.
Pada tahun 2002, gunung ini bahkan mengeluarkan abu vulkanik yang signifikan, menyebabkan statusnya meningkat menjadi level IV (Awas).
Gunung Lewotobi Laki-Laki vs Lewotobi Perempuan
Gunung Lewotobi terdiri dari dua puncak yang memiliki sejarah dan aktivitas vulkanik yang berbeda. Lewotobi Laki-Laki, yang memiliki ketinggian 1.584 mdpl, lebih sering meletus daripada Lewotobi Perempuan yang lebih tinggi dengan ketinggian 1.703 mdpl.
Meski begitu, keduanya tetap merupakan gunung api yang aktif dan patut diwaspadai.
Menurut budaya masyarakat Lamaholot di Pulau Flores, kedua puncak Gunung Lewotobi ini melambangkan pasangan suami istri yang harmonis.
Lewotobi Laki-Laki dan Lewotobi Perempuan dianggap sebagai simbol dari kesetiaan dan keseimbangan antara alam dan manusia.
Pemerintah Daerah Flores Timur telah bekerja sama dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Pululera untuk terus memantau aktivitas vulkanik.
Koordinasi ini sangat penting untuk memberikan informasi yang cepat dan akurat mengenai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh gunung ini.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memiliki peran krusial dalam memberikan data dan informasi terkini mengenai aktivitas Gunung Lewotobi.
Selain itu, PVMBG juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT untuk memastikan informasi yang disampaikan kepada masyarakat selalu up-to-date.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki tidak hanya berdampak pada keselamatan jiwa, tetapi juga berpengaruh pada aspek sosial dan ekonomi.
Ribuan orang harus dievakuasi, dan aktivitas ekonomi di sekitar gunung terhambat. Ini menambah kesulitan bagi masyarakat yang bergantung pada pertanian dan pariwisata.
Pada awal tahun 2024, status Gunung Lewotobi Laki-Laki ditingkatkan menjadi level IV (Awas) setelah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan.
Meskipun telah terjadi beberapa letusan kecil pada bulan November, status ini masih diwaspadai oleh pihak berwenang.
Setelah erupsi, pemerintah daerah dan BPBD akan terus memberikan dukungan kepada masyarakat yang terdampak.
Salah satu fokus utama adalah memastikan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar gunung mendapatkan bantuan yang dibutuhkan, seperti masker, perlindungan dari abu vulkanik, serta informasi terkait evakuasi yang lebih lanjut.
Gunung Lewotobi Laki-Laki merupakan gunung berapi yang aktif dan sangat perlu diwaspadai. Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung diharapkan untuk selalu mengikuti perkembangan informasi yang disampaikan oleh pihak berwenang.
Selain itu, masyarakat juga harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya yang mungkin terjadi, baik dari abu vulkanik maupun lahar hujan.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada November 2024 menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap bencana alam, terutama bagi mereka yang tinggal di sekitar daerah rawan bencana.
Dengan memahami sejarah gunung ini dan mengikuti arahan dari pihak berwenang, diharapkan dampak dari aktivitas vulkanik ini dapat diminimalisir.
Masyarakat harus tetap tenang, waspada, dan mengikuti petunjuk evakuasi yang diberikan untuk memastikan keselamatan diri dan keluarga. (*)
Sumber:
Magma, ESDM, PVMBG












