Topikseru.com – Pada awal perdagangan hari ini. Rabu (22/10/2025) rupiah spot dibuka melemah dibuka di level Rp 16.599 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.
Ini membuat rupiah spot melemah 0,07% dibanding penutupan pada hari sebelumnya ke level Rp 16.587 per dolar AS.
Hingga pukul 09.00 WIB, mata uang di Asia bervariasi dengan kecenderungan menguat. Di mana, baht Thailand menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,13%.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya ada yen Jepang yang terkerek 0,12% dan won Korea Selatan yang terangkat 0,06%. Disusul, dolar Singapura yang menanjak 0,05%.
Berikutnya ada ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,02% dan yuan China yang naik 0,008%. Lalu ada dolar Hongkong yang menguat tipis 0,005%.
Sementara itu dolar Taiwan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 0,2%.
Kemudian peso Filipina terlihat melemah 0,08% terhadap the greenback di pagi ini.
Analis Pasar: Rupiah Spot akan Bergerak fluktuatif di Kisaran Rp16.500–Rp16.650 Per Dolar AS
Pada perdagangan Selasa (21/10/2025) rupiah spot ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan ini sejalan dengan penguatan dolar AS yang didorong oleh harapan berakhirnya penutupan (shutdown) pemerintahan AS serta meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Mengutip Bloomberg, rupiah spot melemah 0,07% ke level Rp 16.587 per dolar AS pada Selasa (22/10/2025).
Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga turun 0,02% ke level Rp 16.589 per dolar AS, dibanding posisi Senin (20/10) di Rp 16.585 per dolar AS.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi dari PT Laba Forexindo Berjangka menjelaskan, penguatan dolar AS terjadi karena pelaku pasar menilai kemungkinan berakhirnya penutupan pemerintah federal semakin besar.
“Penutupan pemerintah telah memasuki hari ke-21 tanpa tanda-tanda akan berakhir, namun harapan mulai muncul setelah para senator AS kembali menggelar pembahasan rancangan pendanaan baru,” kata Ibrahim.
Selain itu, sejumlah faktor geopolitik juga turut memengaruhi pasar. Konflik di Timur Tengah kembali meningkat setelah Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, sementara Rusia menghadapi gangguan produksi minyak akibat serangan drone ke fasilitas energi di wilayah Volga.
“Situasi global yang tidak menentu membuat pelaku pasar mencari aset aman seperti dolar AS,” tambah Ibrahim.
Dari dalam negeri, pemerintah dikabarkan tengah mengevaluasi efektivitas kebijakan penempatan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam/SDA sesuai PP Nomor 8 Tahun 2025.
Presiden Prabowo Subianto menilai kewajiban penempatan 100% DHE SDA selama 12 bulan di dalam negeri belum memberikan dampak signifikan terhadap cadangan devisa, yang pada akhir September 2025 tercatat sebesar US$148,7 miliar, turun tiga bulan berturut-turut.
Selain itu, pelaku pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan digelar Rabu (22/10). Konsensus memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global.
Ibrahim memperkirakan, untuk perdagangan Rabu (22/10/2025), rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di kisaran Rp 16.580–Rp 16.610 per dolar AS.
Menurutnya, pelemahan ini masih dipicu oleh kuatnya dolar AS dan sikap kehati-hatian investor menjelang keputusan suku bunga BI.
Sementara itu, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh penguatan dolar AS serta sikap wait and see pelaku pasar menjelang keputusan RDG BI dan perkembangan negosiasi dagang AS–China.
“Rupiah diperkirakan masih tertekan oleh penguatan dolar AS, namun investor cenderung menunggu hasil RDG BI besok dan perkembangan perundingan tarif antara China dan Amerika Serikat,” ujar Lukman.
Halaman : 1 2 Selanjutnya