Scroll untuk baca artikel
Hukum & Kriminal

Polres Simalungun Segera Gelar Perkara Bentrokan Berdarah Masyarakat Adat Lamtoras-Sihaporas vs PT TPL

×

Polres Simalungun Segera Gelar Perkara Bentrokan Berdarah Masyarakat Adat Lamtoras-Sihaporas vs PT TPL

Sebarkan artikel ini
masyarakat adat Lamtoras-Sihaporas
Bentrokan pecah antara Masyarakat adat Lamtoras-Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, pada (22/9/2025). Foto: Dok.Bakumsu

Topikseru.com – Penyelidikan terhadap bentrokan berdarah antara masyarakat adat Lamtoras-Sihaporas dan pihak perusahaan bubur kertas PT Toba Pulp Lestari (TPL) pada 22 September lalu, terus bergulir. Temuan terbaru yang muncul pada 9 Oktober 2025 memperlihatkan bukti baru berupa tiga rangka sepeda motor yang terkubur sedalam tiga meter di sekitar lokasi insiden, yang menjadi salah satu titik panas sengketa agraria tersebut.

Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Simalungun, AKP Herison Manullang, memastikan barang bukti itu kini berada di gudang penyimpanan bukti di Mapolres.

“Barang bukti saat ini telah diamankan di Polres Simalungun,” kata AKP Herison kepada topikseru.com, Selasa (28/10/2025).

Kasus Masih Disidik, Gelar Perkara Menunggu Jadwal

Menurut Herison, penyelidikan kasus masih berlangsung dan penyidik segera menggelar perkara untuk menentukan status hukum pihak-pihak terkait. Namun, ia belum memutuskan kapan gelar perkara tersebut akan dilaksanakan.

Baca Juga  Sepasang Kekasih Pembuang Bayi di Kebun Teh Dibekuk Polisi

“Penetapan tersangka nanti pada saat gelar perkara, dan akan segera kami laksanakan,” ujar Herison.

Temuan motor terkubur menambah daftar bukti fisik dalam kasus yang sempat memanas pada 22 September 2025 di Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.

Insiden itu dilaporkan menyebabkan puluhan warga adat mengalami luka-luka, banyak kendaraan rusak dan dibakar, serta sejumlah rumah warga hancur.

Konflik Panjang soal Kawasan Adat dan Konsesi TPL

Konflik antara masyarakat adat Tano Batak dan PT TPL sudah berlangsung puluhan tahun. Sengketa kerap berulang karena klaim penguasaan lahan adat yang berbenturan dengan izin konsesi perusahaan.

Dalam beberapa bulan terakhir, titik-titik konflik seperti Natinggir hingga Lamtoras-Sihaporas kembali memunculkan bentrokan yang menyisakan korban dan kerusakan materiil.