Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi mencermati, nilai tukar rupiah sebenarnya dapat ditopang oleh International Monetary Fund (IMF) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa naik dari 4,7% menjadi 4,8%.
Namun, ia melihat kondisi saat ini membuat mata uang rupiah gagal mengalami penguatan.
Pasalnya, menurut Ibrahim, dari domestik, rupiah masih melemah pasca pergantian Menteri Keuangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kebijakan-kebijakan saat ini, apa yang dilakukan Purbaya, pun juga masih belum diterima oleh pasar,” terangnya.
Sedangkan dari global, Ibrahim melihat bahwa gejolak geopolitik yang terus memanas memengaruhi pergerakan mata uang.
Sebab, diketahui, Rusia masih melakukan penyerangan terhadap wilayah-wilayah Ukraina. Adapun dari Timur Tengah, Israel masih terus menyerang wilayah Gaza, Palestina.
“Hal ini pun mendapat kecaman dari negara-negara Arab, baik Mesir, Qatar, maupun Arab Saudi,” imbuh Ibrahim.
Adapun untuk perdagangan Rabu (24/9/2025), Ibrahim mencermati rupiah masih akan dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap Federal Reserve (The Fed) yang kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga acuan di pertemuan bulan Oktober.
Dus, untuk perdagangan Selasa (23/9/2025), Ibrahim memprediksi rupiah masih akan melemah di kisaran Rp 16.670–Rp 16.720 per dolar AS.
Halaman : 1 2