Sinyal ini semakin kuat setelah pasangan BTC/USD ditutup di bawah moving average (MA) 50-minggu pada Minggu lalu.
“SuperTrend mingguan berubah merah untuk pertama kalinya sejak Januari 2023. Ini bisa menjadi tanda awal bear market meskipun belum pasti,” ujar analis Bitcoinsensus dalam unggahan di X.
Jika pola historis berulang, Bitcoin berpotensi terkoreksi dalam hingga US$ 75 ribu, dipicu melemahnya permintaan dari perusahaan treasury Bitcoin dan keluarnya dana dari ETF Bitcoin spot berbasis AS.
Zona Extreme Fear
Sentimen pasar juga ikut memperburuk kondisi. Crypto Fear & Greed Index kini berada pada level 11, zona ‘extreme fear’ terdalam sejak Februari lalu.
Pergerakan historis Bitcoin saat indeks berada di level serupa menunjukkan dua kemungkinan skenario, yaitu pada 2021, indeks berkutat di zona ketakutan ekstrem selama tiga bulan.
Harga Bitcoin sempat turun 40%, namun kemudian bangkit dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level US$ 69 ribu.
“Ada peluang besar bahwa rasa sakit jangka pendek masih akan terjadi, namun potensi pembalikan bisa muncul dalam 2–3 minggu ke depan,” ujar analis Milk Road dalam buletin Rabu (19/11/2025), sembari menambahkan bahwa sentimen buruk tidak menutup potensi Bitcoin mencetak rekor tertinggi baru dalam jangka menengah.
Namun skenario terburuk juga harus diwaspadai. Pada Mei 2022, ketika indeks Fear & Greed masuk zona extreme fear dan bertahan di sana selama dua bulan, Bitcoin jatuh dari US$ 69 ribu hingga menyentuh US$ 15 ribu, fase terberat bear market 2022.






