Kendati demikian, rupiah secara keseluruhan hanya terapresiasi tipis sekitar 0,02% dalam sepekan. Josua menyebut kondisi ini wajar mengingat ketidakpastian global meningkat setelah rilis ulang data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan sinyal beragam.
Selain itu, tertundanya sejumlah data penting akibat shutdown AS membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember belum solid.
Prospek pekan depan
Lukman memperkirakan rupiah masih rawan tekanan karena minimnya katalis baik dari dalam maupun luar negeri.
“Kemungkinan akan dirilis data PCE AS yang tertunda. Jika pasar ekuitas kembali turun, rupiah bisa terbebani,” tuturnya.
Ia memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp16.600–Rp16.900 per dolar AS.
Sementara itu, Josua menilai pergerakan rupiah pekan depan akan cenderung terbatas, yakni di rentang Rp16.650–Rp16.775 per dolar AS, sangat bergantung pada arah data ekonomi AS dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed menjelang FOMC Desember.












