Sedikit review, sepanjang pekan ini Lukman mengatakan pelemahan rupiah didorong oleh kombinasi tekanan global.
“The Fed yang hawkish, rilis data-data ekonomi AS pasca berakhirnya shutdown AS, dan gejolak pasar ekuitas seputar bubble AI turut membebani rupiah,” ujar Lukman.
Dari sisi domestik, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, melihat rupiah sempat mendapat dukungan dari data uang beredar yang tetap ekspansif. Ia menyebut pertumbuhan Aktiva Dalam Negeri Bersih memberi sinyal positif bagi aktivitas ekonomi Indonesia.
“Apresiasi Rupiah didukung oleh data uang beredar dari BI yang tetap menunjukkan pertumbuhan positif,” ujar Josua.
Meski begitu, rupiah secara keseluruhan bergerak mendatar selama sepekan, hanya terapresiasi sekitar 0,02%.
Josua menilai kondisi ini wajar mengingat ketidakpastian global meningkat setelah rilis ulang data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan sinyal beragam.
Selain itu, tertundanya sejumlah data penting akibat shutdown AS membuat ekspektasi pasar mengenai peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember belum sepenuhnya terbentuk.












