Tidak ada tekanan jual besar dari miner, suplai di exchange rendah, dan investor jangka panjang tetap memegang aset di dekat level tertinggi. Aktivitas ritel juga stabil.
“Semua ini menunjukkan bahwa bear market kali ini lebih terukur, lebih dewasa, dan dipicu oleh faktor makro, bukan panic selling,” ucap dia.
Yudhono menilai pasar telah memasuki fase awal bear market, namun kedalaman dan durasinya bergantung pada kondisi makro beberapa minggu ke depan.
Jika tekanan makro berlanjut, tren bearish dapat semakin jelas. Jika stabilisasi terjadi, Bitcoin mungkin menemukan titik bawah lebih cepat.
Yudhono menyebut, outflow ETF beberapa hari terakhir menjadi salah satu sinyal awal bear market, karena menunjukkan sebagian institusi mulai mengurangi risiko.
Namun, fenomena ETF tidak identik dengan outlook negatif jangka panjang. Justru meningkatnya keterlibatan institusi besar dan regulasi ketat menjadi tanda bahwa industri kripto semakin matang.
Outflow mencerminkan penyesuaian portofolio terhadap sentimen makro, bukan hilangnya kepercayaan terhadap Bitcoin.
Bagi Yudhono, ETF adalah simbol transisi industri menuju aset yang teregulasi dan lebih aman bagi investor ritel.
“Evaluasi hingga akhir tahun menjadi krusial untuk menentukan arah berikutnya,” imbuhnya.
Yudhono menekankan strategi disiplin dan jangka panjang. Pendekatan Dollar-Cost Averaging (DCA), baik masuk maupun keluar, efektif menghadapi volatilitas. ‘
Horizon investasi minimal 2 tahun – 3 tahun paling ideal dalam fase bearish yang dewasa seperti ini. Penggunaan leverage sebaiknya dihindari karena risiko likuidasi meningkat.
Diversifikasi dengan Bitcoin, Ethereum, stablecoin, dan aset tokenisasi membantu menyeimbangkan risiko.
“Keamanan tetap prioritas, termasuk menjaga akun, menggunakan platform berizin, dan waspada terhadap penipuan,” jelas Yudhono.












