Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

Rupiah Stabil dan Cenderung Menguat Dibuka di Level Rp16.716 Per Dolar AS Pagi Ini

×

Rupiah Stabil dan Cenderung Menguat Dibuka di Level Rp16.716 Per Dolar AS Pagi Ini

Sebarkan artikel ini
Rupiah
rupiah stabil dibanding penutupan Jumat (21/11/2025) yang berada di level Rp 16.716 per dolar AS. Pergerakan rupiah ini berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang di Asia.

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan rupiah masih rawan tekanan karena minimnya katalis domestik maupun eksternal.

“Kemungkinan akan dirilis data PCE AS yang tertunda. Jika pasar ekuitas melanjutkan penurunan, itu akan membebani rupiah,” jelasnya.

Ia memproyeksikan rentang pergerakan rupiah berada di Rp 16.600–Rp 16.900 per dolar AS.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan rupiah akan bergerak lebih terbatas, berada pada kisaran Rp 16.650–Rp 16.775 per dolar AS, bergantung pada arah data ekonomi AS dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed menjelang FOMC Desember.

Sedikit review, sepanjang pekan ini Lukman mengatakan pelemahan rupiah didorong oleh kombinasi tekanan global.

“The Fed yang hawkish, rilis data-data ekonomi AS pasca berakhirnya shutdown AS, dan gejolak pasar ekuitas seputar bubble AI turut membebani rupiah,” ujar Lukman.

Baca Juga  Komoditas Doo Financial Futures: Rupiah Spot Bisa Berbalik Menguat Mengingat Sentimen Risk On yang Masih Kuat

Dari sisi domestik, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, melihat rupiah sempat mendapat dukungan dari data uang beredar yang tetap ekspansif.

Ia menyebut pertumbuhan Aktiva Dalam Negeri Bersih memberi sinyal positif bagi aktivitas ekonomi Indonesia.

“Apresiasi Rupiah didukung oleh data uang beredar dari BI yang tetap menunjukkan pertumbuhan positif,” ujar Josua.

Meski begitu, rupiah secara keseluruhan bergerak mendatar selama sepekan, hanya terapresiasi sekitar 0,02%.

Josua menilai kondisi ini wajar mengingat ketidakpastian global meningkat setelah rilis ulang data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan sinyal beragam.

Selain itu, tertundanya sejumlah data penting akibat shutdown AS membuat ekspektasi pasar mengenai peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember belum sepenuhnya terbentuk.