Dari sisi eksternal, ia menyoroti pelemahan indeks dolar AS seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember.
“Probabilitas penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) pada bulan Desember melonjak menjadi sekitar 69% dari sekitar 44% seminggu sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool,” ujar Ibrahim.
Sinyal campuran dari pejabat The Fed juga membuat investor berhati-hati jelang rilis data inflasi produsen (PPI) dan penjualan ritel AS.
Dari sisi domestik, Ibrahim menekankan bahwa stabilitas makro Indonesia masih menjadi penopang rupiah.
Ia mengutip penilaian IMF bahwa fondasi makro Indonesia tetap kuat dengan proyeksi pertumbuhan di kisaran 5%–5,8% pada 2025.
Serta bauran kebijakan fiskal–moneter yang dinilai menjaga ketahanan ekonomi.
Selain itu, Bank Indonesia disebut konsisten menjaga stabilitas eksternal dan inflasi yang terjaga, sehingga memperkuat persepsi positif terhadap rupiah.
Untuk perdagangan Selasa (25/11/2025), Ibrahim memperkirakan, rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup melemah dengan rentang Rp16.690–Rp16.730 per dolar AS.
Sementara itu, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai penguatan rupiah hari ini didukung sentimen risk-on di pasar keuangan. “Rupiah menguat di tengah sentimen risk-on.
Langkah BI mempertahankan suku bunga dan surplus besar neraca transaksi berjalan dan yang pertama kali dalam 10 kuartal ikut mendukung,” ungkapnya.
Lukman memproyeksikan minimnya data ekonomi pada malam ini dan besok membuat rupiah lebih banyak bergerak mengikuti arah pasar ekuitas global.
Dengan demikian, ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.650–Rp16.750 per dolar AS pada perdagangan Selasa (25/11/2025).












