Hingga pukul 09.00 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,46%. Disusul dolar Taiwan yang melesat 0,31%.
Selanjutnya ada peso Filipina yang terkerek 0,15%. Lalu yen Jepang dan ringgit Malaysia yang sama-sama menanjak 0,06%.
Berikutnya, dolar Singapura terapresiasi 0,01% dan baht Thailand yang naik 0,009%. Diikuti, yuan China yang menguat tipis 0,003%.
Sementara itu, dolar Hongkong menjadi satu-satunya mata uang di Asia yang melemah setelah turun 0,01% terhadap the greenback.
Rupiah Spot Diproyeksikan Bergerak fluktuatif
Pada perdagangan Selasa (25/11/2025) rupiah spot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di pasar spot. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,25% secara harian ke level Rp 16.657 per dolar AS.
Berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI) rupiah juga menguat 0,25% secara harian ke Rp 16.667 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, rupiah dan mata uang regional pada umummya menguat terhadap dolar AS didukung oleh sentimen risk on oleh meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga the Fed.
Sedangkan prospek pemangkasan suku bunga BI paska rapat dewan gubernur (RDG) justru menurun, tercermin oleh naiknya imbal hasil obligasi Indonesia.
Lukman menambahkan bahwa investor menantikan data inflasi tingkat produsen AS PPI malam ini yang diperkirakan akan mengalami kenaikan. Hal ini bisa menekan rupiah.
“Sentimen juga masih akan ditentukan oleh pidato pejabat – pejabat the Fed serta sentimen di pasar ekuitas,” ucap Lukman.
Lukman memproyeksikan rupiah pada Rabu (26/11) di kisaran Rp 16.600 – Rp 16.700 per dolar AS.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelaku pasar tampaknya yakin bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Desember seiring terus mengalirnya data ekonomi AS.
“Hal tersebut terlihat dari komentar dovish para pejabat Federal Reserve yang meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Desember,” kata Ibrahim.
Yang terbaru adalah komentar dari Gubernur Fed Christopher Waller yang mendukung penurunan suku bunga di bulan Desember, senada dengan komentar Jumat lalu dari Presiden Fed New York, John Williams.
Waller mengatakan bahwa penurunan suku bunga di bulan Desember dimungkinkan karena pasar tenaga kerja yang melemah.
Pasar sekarang memperkirakan peluang hampir 80% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga seperempat poin bulan depan, naik dari 30% sebelum pernyataan mereka, menurut perangkat CME FedWatch.
Ibrahim memproyeksikan rupiah pada Rabu (26/11) bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.650 – Rp 16.700 per dolar AS.












