“Selama IHSG bertahan di kisaran pivot 8.500, peluang technical rebound pada Senin tetap ada,” ujarnya.
Sejumlah rilis data ekonomi akan menjadi penggerak utama pasar pada awal Desember. Pasar menanti data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur, inflasi November, dan neraca perdagangan Oktober.
Inflasi diproyeksikan berada di 0,3% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan, sementara surplus neraca perdagangan Oktober diperkirakan mencapai US$ 3,8 miliar.
Bila data-data tersebut sesuai ekspektasi, IHSG berpeluang memulai perdagangan dengan sentimen positif.
Sektor energi dan emiten berfundamental kuat menjadi kandidat penggerak indeks, sementara saham teknologi yang sempat tertekan diperkirakan bergerak variatif. Alrich memperkirakan IHSG bergerak dalam rentang 8.470–8.600.
Praktisi pasar modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, juga melihat peluang penguatan. Ia menilai IHSG telah membentuk support baru di level 8.500.
“Selama di atas 8.500, peluang rebound cukup kuat,” tegasnya.
William mencermati rotasi sektor mulai kembali mengarah ke saham-saham new blue chips milik grup konglomerasi. Namun, tekanan dari sektor perbankan masih terasa seiring arus keluar dana asing.
Pada Jumat lalu, investor asing mencatat net sell Rp 912,51 miliar, terutama pada saham BBRI, BBCA, dan ANTM. Ia memperkirakan IHSG hari ini akan bergerak di kisaran 8.500–8.600.












