5 Penyebab Timnas Indonesia Kalah Melawan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia

Kamis, 9 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Timnas Indonesia menghadapi laga hidup mati saat bersua Irak. Foto : Instagram.com/timnasindonesia

Timnas Indonesia menghadapi laga hidup mati saat bersua Irak. Foto : Instagram.com/timnasindonesia

Topikseru.com – Laga panas antara Timnas Indonesia melawan Arab Saudi dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia berakhir dengan kekalahan tipis 2–3 untuk Skuad Garuda. Meski dua gol Kevin Diks sempat memberi asa, tim asuhan Patrick Kluivert tetap gagal mengamankan poin penting.

Lebih dari sekadar hasil, pertandingan ini menunjukkan sejumlah persoalan mendasar dari pemilihan starting eleven, tempo permainan, hingga pergantian pemain yang tidak efektif.

Berikut 5 penyebab utama mengapa Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Arab Saudi malam itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

1. Starting Eleven Penuh Risiko

Keputusan Patrick Kluivert menurunkan komposisi awal yang terbilang eksperimental menjadi sorotan tajam. Nama-nama seperti Beckham Putra, Marc Klok, dan Yakob Sayuri tampil sejak menit pertama, menggantikan beberapa pemain inti yang selama ini menjadi tulang punggung tim.

Di atas kertas, keputusan ini mungkin dimaksudkan untuk memberi warna baru dan memperluas rotasi skuad. Namun dalam pertandingan dengan tensi setinggi melawan Arab Saudi lawan yang agresif dan berpengalaman di ajang Asia, langkah itu justru terlihat berisiko tinggi dan tidak tepat momentum.

Beckham Putra terlihat kesulitan menjaga intensitas permainan. Ia beberapa kali kehilangan bola dalam situasi krusial dan gagal menutup ruang di lini tengah. Posisi defensifnya yang sering terlambat membuat lini belakang dan tengah Indonesia terekspos sejak awal babak pertama.

Marc Klok juga tidak mampu menjalankan peran sentral sebagaimana yang biasa dimainkan Thom Haye. Aliran bola ke depan menjadi kaku, sementara transisi dari bertahan ke menyerang kehilangan arah. Umpan-umpan progresif yang menjadi ciri khas Thom Haye tak lagi terlihat, membuat serangan Indonesia terasa berat, dan mudah dipatahkan.

Sementara di sisi kanan, Yakob Sayuri menghadapi ujian berat menghadapi kecepatan pemain sayap Arab Saudi. Ia beberapa kali kalah duel fisik, gagal membaca arah pergerakan lawan, dan tidak mampu menahan penetrasi yang datang bertubi-tubi dari sisi kanan pertahanan. Eksperimen ini akhirnya menjadi titik lemah yang dieksploitasi dengan cerdas oleh lawan.

Kluivert tampaknya ingin menanamkan pendekatan ball possession dengan pemain-pemain yang punya teknik baik, tetapi dalam konteks laga kompetitif, strategi ini justru membuat lini tengah rapuh dan hilang kepercayaan diri. Keputusan menurunkan pemain-pemain yang minim jam terbang di laga krusial terbukti menjadi awal ketidakteraturan dan montonnya taktik Indonesia malam itu.

2. Pemain dari Liga Super Gagal Mengimbangi Tempo Tinggi Laga

Perbedaan tempo permainan menjadi salah satu masalah paling mencolok. Pemain-pemain dari Liga Super tampak tidak mampu menyesuaikan diri dengan intensitas dan kecepatan permainan internasional.

Beckham Putra beberapa kali gagal melakukan pressing, penetrasi dengan bola, dan keeping ball yang mudah dicuri lawan. Ia terlambat menutup ruang, dan dalam beberapa momen, bahkan terlihat bingung menentukan arah pressing. Kondisi ini membuat pemain Arab Saudi lebih leluasa mengatur tempo dan mendikte ritme permainan.

Baca Juga  Presiden Prabowo Melayat Rumah Duka Affan Kurniawan, Korban Rantis Brimob

Yakob Sayuri yang diharapkan memberi energi dan kecepatan di sisi sayap justru kewalahan. Ia kalah dalam duel kecepatan, mudah kehilangan posisi, dan gagal memberikan kontribusi berarti dalam fase menyerang. Ketika ditugaskan membantu pertahanan, ia pun sering tertinggal dan mudah dilewati lawan.

Marc Klok, meski berpengalaman, juga terlihat kehilangan sentuhan terbaiknya. Ia tidak bisa menjadi jembatan antara lini belakang dan lini depan. Distribusi bolanya lambat dan sering mudah dibaca. Dalam laga yang menuntut efisiensi tinggi, permainan seperti ini menjadi liability bagi tim.

Performa para pemain tersebut memperlihatkan jurang kualitas antara kompetisi domestik dan level internasional. Ketika menghadapi tim-tim Timur Tengah yang terbiasa dengan tempo cepat dan duel fisik keras, pemain Liga Super tampak belum terbiasa dengan tekanan sebesar itu.

3. Aliran Bola Mandek, Jauh dari Ciri Era Shin Tae-yong

Salah satu perbedaan paling mencolok antara era Shin Tae-yong (STY) dan era Patrick Kluivert adalah bagaimana tim membangun serangan.

Di era STY, Indonesia dikenal dengan disiplin bertahan, transisi cepat, dan serangan balik efektif. Gaya bermain itu memanfaatkan kecepatan pemain sayap dan kecermatan posisi saat counter attack. Tim mampu menciptakan peluang berbahaya dari situasi bertahan, dengan garis pertahanan yang rapat dan koordinasi solid.

Namun di bawah Kluivert, filosofi permainan berubah drastis. Tim mencoba memainkan bola dari kaki ke kaki di area pertahanan, membangun serangan dari bawah, lalu mengandalkan umpan panjang (long ball) ke depan. Sayangnya, pola ini justru mudah terbaca oleh lawan. Arab Saudi dengan cepat menutup jalur umpan dan menekan sejak bola pertama.

Hasilnya, Indonesia kesulitan mengalirkan bola ke lini depan. Kombinasi di lini tengah tidak berjalan, dan pemain depan seperti Ragnar Oratmangoen atau Miliano Jonathans jarang mendapat suplai bola matang. Dalam banyak momen, bola kembali ke lini belakang tanpa progres berarti.

Situasi ini membuat Indonesia kehilangan efektivitasnya. Serangan balik cepat yang dulu menjadi senjata mematikan kini hilang sama sekali. Arab Saudi dengan mudah mendikte tempo dan menguasai ruang, sementara Indonesia hanya sesekali mengandalkan bola mati dan momen individual.

Jika di bawah STY Indonesia dikenal dengan permainan reaktif tapi efisien, maka di bawah Kluivert tim justru menjadi proaktif tapi tanpa arah yang jelas.

Penulis : Mangara Wahyudi

Editor : Muchlis

Follow WhatsApp Channel topikseru.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Barcelona 2-1 Girona: Gol Araujo Singkirkan Real Madrid
Harry Kane Cetak Gol, Bayern Munich Tumbangkan Dortmund dan Perpanjang Rekor Sempurna
Erling Haaland Bikin Brace, Manchester City Kudeta Arsenal dari Puncak Liga Inggris
Chelsea Gasak Nottingham Forest 3-0, Pedro Neto Curi Panggung
MU Siapkan Senne Lammens Lawan Liverpool, Debutnya Disamakan dengan Schmeichel
MotoGP Malaysia 2025: Jorge Martin Absen Lagi, Aprilia Racing Kehilangan Andalan
Donald Trump Ancam Pindahkan Piala Dunia 2026 dari Boston, Sentil Wali Kota Michelle Wu
PORKOT XV 2025 Medan: 128 Atlet Muda Ramaikan Laga Wushu, Jadi Ajang Cetak Bibit Juara

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 08:01

Barcelona 2-1 Girona: Gol Araujo Singkirkan Real Madrid

Minggu, 19 Oktober 2025 - 07:01

Harry Kane Cetak Gol, Bayern Munich Tumbangkan Dortmund dan Perpanjang Rekor Sempurna

Minggu, 19 Oktober 2025 - 02:23

Erling Haaland Bikin Brace, Manchester City Kudeta Arsenal dari Puncak Liga Inggris

Minggu, 19 Oktober 2025 - 00:34

Chelsea Gasak Nottingham Forest 3-0, Pedro Neto Curi Panggung

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 19:55

MU Siapkan Senne Lammens Lawan Liverpool, Debutnya Disamakan dengan Schmeichel

Berita Terbaru