Selain syarikat, seleksi istitha’ah kesehatan atau kelayakan medis jemaah juga menjadi sorotan tajam. Ikhwansyah mengungkapkan bahwa beberapa jemaah di kloternya merupakan penderita penyakit berat, termasuk kanker stadium empat dan stroke.
“Di kloter kami asal Medan, ada jemaah yang meninggal dunia dan ternyata beliau adalah pasien kanker stadium empat. Ini menandakan proses seleksi kesehatan masih lemah dan kompromistis,” katanya.
Dia mendesak agar Dinas Kesehatan dan Kemenkes lebih ketat dan transparan dalam proses verifikasi kesehatan jemaah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, meloloskan jemaah haji dengan kondisi kritis tidak hanya membahayakan keselamatan pribadi, tetapi juga menjadi beban moral dan logistik bagi jemaah lain.
Sebagai pembimbing yang hampir setiap tahun mendampingi jemaah ke Tanah Suci, Ikhwansyah menegaskan bahwa masukan ini harus dijadikan catatan serius dalam evaluasi nasional haji.
“Kita tidak ingin masalah ini berulang. Evaluasi haji 2025 harus dilakukan agar pelaksanaan haji lebih tertib, manusiawi, dan terkoordinasi,” pungkasnya.
Penulis : M Agustian
Editor : Muchlis
Halaman : 1 2