“Ketika fungsi itu melemah, hujan ekstrem dapat berubah menjadi banjir bandang dan longsor. Warga di hilir menjadi korban pertama dari hancurnya ruang hidup,” katanya.
PTPN III Jadi Penyumbang Luasan Terbesar
Dalam pemetaan WALHI Sumut, PTPN III disebut menguasai area alih fungsi terbesar, dengan total 4.372,02 hektar di dua lokasi berbeda:
- Kebun Batang Toru: ± 1.949,2 hektar
- Kebun Hapesong: ± 2.422,82 hektar
“Ini menunjukkan tekanan ekologis tidak hanya terjadi di satu titik, tetapi tumpang tindih di beberapa lokasi pada bentang alam yang sama,” lanjut Rianda.
Temuan tersebut dihimpun melalui kombinasi data sumber terbuka, peta tematik, perhitungan internal, serta investigasi langsung di lapangan.
Daftar 7 Perusahaan di Wilayah Ekosistem Batang Toru
WALHI Sumut merincikan bukaan hutan oleh 7 perusahaan di wilayah Ekosistem Batang Toru, adapun rinciannya sebagai berikut:
|
Nama Perusahaan |
Luas Bukaan Hutan (ha) |
Estimasi Pohon Hilang |
|
PT TPL |
5.000 |
2.500.000 |
|
PTPN III |
4.732,02 |
2.186.010 |
|
PT Agincourt Resources |
646,08 |
323.040 |
|
PT NSHE |
330 |
165.000 |
|
PT Sago |
300 |
150.000 |
|
PT SOL |
125,23 |
62.615 |
|
PLTMH Pahae Julu |
22,8 |
11.400 |
|
Jumlah Total |
10.795,31 |
5.397.655 |
Batang Toru Dinilai Terlalu Berharga untuk Dikorbankan
Ekosistem Batang Toru dikenal sebagai habitat penting keanekaragaman hayati, termasuk satwa endemik yang semakin terancam.
Selain itu, kawasan ini berfungsi sebagai penyangga air dan penahan erosi untuk wilayah Tapanuli dan sekitarnya.
“Pembukaan hutan ini bukan hanya menghilangkan pohon, tetapi memecah habitat, memutus koridor satwa, dan meningkatkan konflik manusia-satwa. Dampaknya meluas jauh melampaui batas konsesi,” tegas Rianda.
WALHI Desak Audit Perusahaan dan Evaluasi Izinnya
WALHI Sumut meminta pemerintah pusat maupun daerah segera melakukan:
- Audit menyeluruh terhadap perizinan perusahaan
- Pemeriksaan kepatuhan lingkungan
- Penelusuran dampak terhadap daerah aliran sungai (DAS)
- Kajian risiko pada kawasan rawan longsor
“Tanpa audit dan sanksi tegas, bencana ekologis di Tapanuli akan terus berulang. Warga lagi-lagi menjadi pihak yang paling dirugikan,” tutup Rianda.












