Scroll untuk baca artikel
Asmara

Isu Perselingkuhan Artis Kembali Ramai, Ini Data BPS dan Alasan Psikologis Mengapa Korban Bisa Balik Selingkuh

×

Isu Perselingkuhan Artis Kembali Ramai, Ini Data BPS dan Alasan Psikologis Mengapa Korban Bisa Balik Selingkuh

Sebarkan artikel ini
kasus perselingkuhan
Ilustrasi - Perselingkuhan penyebab perceraian

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, terdapat 1.005 kasus perceraian akibat perselingkuhan dan zina. Angka ini merupakan sekitar 0,26% dari total 408.347 kasus perceraian sepanjang tahun tersebut.

Sementara itu, data menarik datang dari Pengadilan Agama Bojonegoro, Jawa Timur, yang mencatat 48% kasus perceraian pada Januari – Februari 2024 disebabkan oleh perselingkuhan berbasis media sosial, mulai dari chat intens, sexting, hingga hubungan emosional yang berkepanjangan.

Temuan ini menunjukkan bahwa digitalisasi komunikasi membuat batas hubungan semakin kabur. Interaksi sederhana pun bisa berubah menjadi perselingkuhan emosional hingga fisik.

Dampak Perselingkuhan: Trauma Emosional hingga Gangguan Perilaku Anak

Tak ada pengkhianatan yang lebih menyakitkan daripada diselingkuhi oleh pasangan sendiri. Pakar psikologi menyebut perselingkuhan dapat memengaruhi seluruh aspek kehidupan keluarga.

1. Dampak bagi Korban

  • Trauma emosional berkepanjangan
  • Depresi, kecemasan, dan insomnia
  • Penurunan kepercayaan diri
  • Gangguan kesehatan fisik akibat stres

2. Dampak bagi Pelaku

  • Reputasi rusak
  • Hilangnya kepercayaan dari pasangan maupun lingkungan kerja
  • Terancam kehilangan karier
  • Kesulitan memulihkan citra

3. Dampak bagi Anak

  • Trauma dan trust issue
  • Depresi atau kecemasan
  • Gangguan emosional dan perilaku
  • Ketidakstabilan psikologis karena melihat konflik orang tua

Perselingkuhan bukan sekadar persoalan moral, tetapi memiliki implikasi psikologis yang panjang pada seluruh anggota keluarga.

Mengapa Korban Bisa Menjadi Pelaku Perselingkuhan? Ini 5 Penjelasan Psikologisnya

Para psikolog menyebut korban perselingkuhan tidak jarang justru mengulang pola yang sama dan menjadi pelaku. Berikut sejumlah alasan yang sering ditemukan:

1. Compulsive Repetition: Mengulangi Pola Trauma

Korban secara tidak sadar menciptakan situasi serupa seperti trauma yang pernah dialami. Pola hubungan tidak sehat yang terbentuk sejak lama dapat terbawa hingga hubungan baru.

2. Kebutuhan Emosional yang Tidak Terpenuhi

Ketika seseorang tidak mendapatkan perhatian, validasi, atau rasa aman dalam hubungan, mereka bisa mencari pelarian emosional di luar pernikahan.

3. Rasionalisasi dan Ego yang Rapuh

Beberapa orang merasa tindakan mereka bisa dibenarkan—misalnya karena pernah disakiti. Ego yang lemah membuat mereka mudah mencari kompensasi di luar hubungan resmi.

4. Balas Dendam Emosional

Dalam beberapa kasus, perselingkuhan dilakukan sebagai bentuk pembalasan tidak langsung kepada pasangan atas luka masa lalu yang belum diproses secara sehat.

5. Gangguan Psikologis Tertentu

Karakter impulsif, kontrol diri rendah, kecenderungan narsistik, atau masalah kepribadian lain dapat meningkatkan risiko menjadi pelaku perselingkuhan.

Kesimpulan: Siklus Selingkuh Bisa Putus Jika Luka Diproses dengan Benar

Perselingkuhan bukan hanya masalah hubungan, tetapi persoalan hati, trauma, dan ketidakdewasaan emosional.

Kesadaran diri, terapi, komunikasi sehat, dan kejujuran menjadi kunci agar siklus perselingkuhan tidak terus berulang dari satu hubungan ke hubungan lainnya.