Yang tidak ia sadari, langkahnya sejalan dengan Peta Jalan Ekonomi Sirkular Bappenas–UNDP yang memproyeksikan potensi Rp 638 triliun ke PDB dan 4,4 juta lapangan kerja baru pada 2030 melalui pengelolaan limbah.
Dari rumah, ia membersihkan kemasan plastik, memotongnya, lalu menganyamnya menjadi lembaran. Dari sana lahirlah tas, dompet, pouch, dan kerajinan unik yang tak bisa direplikasi mesin.
Barang tak berguna? Tidak lagi. Vivi mengubahnya jadi penghasilan dan identitas.
3. Dari Ruang Tamu ke Internet: Berdaya dan Memberdayakan
Tak berhenti berkarya, Vivi juga cerdas memanfaatkan dunia digital. Ia memasarkan produknya lewat:
- Instagram: @vivisihay2
- Shopee
- Seminar & bazar UMKM
Lebih dari itu, ia berbagi ilmu lewat kanal YouTube “Vivi Sihay”. Tutorial, pengalaman, sampai motivasi, semuanya ia buka untuk siapa saja yang mau belajar.
Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa teknologi mempercepat pemberdayaan perempuan. Vivi adalah buktinya.
Lebih dari Inspirasi, Ini Gerakan Nyata

Dari kursi roda, ia membuka ruang kerja hijau, memberikan contoh ekonomi sirkular, dan membuktikan bahwa disabilitas bukan penghalang untuk berkontribusi.
“Kalau sudah niat, mulai saja dulu. Gagal ya coba lagi. Jangan menyerah. Zaman sudah canggih, kalau masih malu, kamu akan tertinggal,” pesannya.
Kisah Vivi adalah harmoni antara perjuangan pribadi, ekonomi kreatif, dan keberlanjutan lingkungan.
Sebuah pengingat bahwa perubahan sosial tak selalu dimulai dari panggung besar, kadang lahir dari ruang tamu yang sederhana.












