Selain situasi keamanan, massa juga menyoroti praktik rasisme terhadap masyarakat Papua di berbagai wilayah.
Salah satu peserta aksi mempertanyakan penerapan semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika jika stereotip fisik terus diidentikkan dengan organisasi perlawanan tertentu.
“Jika berambut ikal dan berkulit hitam selalu disamakan dengan OPM, lalu dimana nilai kebhinekaan itu?” ujarnya sambil mengangkat poster bertuliskan “OPM? Turun Tanyakan”.
Para mahasiswa menegaskan, solusi terbaik bagi Papua adalah dialog bermartabat antara pemerintah pusat dan orang asli Papua. Mereka menyerukan pendekatan yang lebih manusiawi ketimbang militeristik.
“Kami ingin damai. Tarik segera militer dari tanah Papua,” tegas Arnold di hadapan aparat dan anggota DPRD Sumut yang turun menemui massa.
Aksi berlangsung kondusif di bawah pengawasan pihak kepolisian. Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah pusat mengenai tuntutan tersebut.






