Topikseru.com – Lirik Lagu Korban Setia merupakan salah satu karya musik daerah yang sarat akan emosi dan makna mendalam.
Dipopulerkan oleh The Boys Trio, lagu ini menjadi salah satu lagu yang cukup populer dalam ranah musik Batak modern, terutama karena liriknya yang menyayat hati dan menggambarkan kisah cinta yang kandas akibat materialisme.
Lagu ini diciptakan oleh Suryanto Siregar dan pertama kali dirilis pada tahun 2022.
Sejak dirilis, lagu ini telah menarik perhatian ribuan penikmat musik Batak dan ditonton lebih dari 19 juta kali di platform digital.
Mari kita bahas lebih dalam tentang lagu ini, mulai dari latar belakang, makna lirik, hingga pengaruh lagu ini terhadap budaya musik Batak.
Profil Lirik Lagu Korban Setia oleh The Boys Trio
Korban Setia adalah lagu bergenre pop Batak dengan balutan aransemen musik yang menyentuh.
Grup vokal The Boys Trio, yang dikenal karena kepiawaiannya dalam menyanyikan lagu-lagu Batak dengan harmoni vokal yang kuat, berhasil menghidupkan lirik lagu ini dengan penuh penghayatan.
Ciri khas lagu ini terletak pada:
-
Nuansa melankolis yang ditampilkan melalui alunan musik sederhana namun penuh emosi.
-
Penggunaan bahasa Batak Toba yang memperkuat identitas lokal dan budaya.
-
Lirik yang lugas dan menyentuh, cocok bagi siapa saja yang pernah merasakan pahitnya cinta yang dikhianati.
Makna Mendalam dalam Lirik Lagu Korban Setia
Cinta yang Dikhianati Demi Materi
Dalam bait pertama, penyanyi menggambarkan keterkejutan dan ketidakpercayaan terhadap berakhirnya hubungan yang telah lama terjalin. Lirik:
“Dang husangka, dang percaya au… Songonon nama ujungni hubunganta”
mengandung arti bahwa si tokoh utama dalam lagu tidak menyangka bahwa hubungan cinta mereka akan berakhir seperti ini. Ia merasa telah ditinggalkan demi orang yang lebih kaya:
“Gabe muba rohami alani arta”
Artinya, orang yang ia cintai lebih memilih pasangan baru karena alasan kekayaan.
Luka yang Mendalam dan Rasa Kecewa
Bait selanjutnya menggambarkan kekecewaan yang mendalam. Penyanyi menyebutkan bahwa ia kini terbakar oleh rasa kecewa, dan menyebut sang kekasih sebagai penghianat cinta:
“Kecewa do au… Hutanda ho penghianat cinta”
Perasaan ini ditampilkan secara eksplisit dan sangat kuat, menciptakan resonansi emosional yang dalam bagi pendengar.
