Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Khutbah Jumat 26 September 2025: Tenang dalam Takdir dan Teguh dalam Ikhtiar

×

Khutbah Jumat 26 September 2025: Tenang dalam Takdir dan Teguh dalam Ikhtiar

Sebarkan artikel ini
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat 26 September 2025: Tenang dalam Takdir dan Teguh dalam Ikhtiar di mana Hidup tidak hanya tentang berusaha, tapi juga tentang menerima dengan lapang dada.

Topikseru.com – Khutbah Jumat 26 September 2025: Tenang dalam Takdir dan Teguh dalam Ikhtiar di mana Hidup tidak hanya tentang berusaha, tapi juga tentang menerima dengan lapang dada. Kita dituntut untuk berikhtiar sebaik mungkin, namun hasil akhirnya selalu berada dalam kuasa Allah swt.

Maka tenang dalam menerima takdir serta teguh dalam melakukan ikhtiar merupakan ciri khas dari orang-orang beriman. Mereka tidak mudah patah ketika gagal, dan tidak pula lalai ketika berhasil.

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: قُلْ لَّنْ يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah swt berikan kepada kita semua, mulai dari nikmat iman, sehat, nikmat akal untuk merencanakan ikhtiar, hingga nikmat hati untuk menerima segala takdir.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Rasulullah Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa shahbih.

Selanjutnya, sudah menjadi amanah bagi kami selaku khatib pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk senantiasa mengingatkan diri kita semua akan pentingnya meneguhkan iman dan merawat takwa dalam kehidupan sehari-hari.

Karena iman dan takwa itulah yang akan meneduhkan hati ketika gelisah menghampiri kita, serta menguatkan langkah ketika lelah mulai melanda.

Baca Juga  Khutbah Jumat 24 Oktober 2025: Menjaga Akhlak di Tengah Krisis Moral Digital

Dan hanya takwa pula yang akan menjadi bekal kita menuju akhirat nanti. Allah SWT berfirman:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ

Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah [2]: 197).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Hidup merupakan perpaduan antara usaha dan menerima. Kita seringkali menghadapi situasi yang membuat hati gundah karena usaha yang belum membuahkan hasil, cobaan yang datang bertubi-tubi, atau masa depan yang terasa tidak pasti.

Dalam menghadapi keadaan-keadaan seperti ini, Islam mengajarkan kita tentang tenang dalam takdir serta teguh dalam ikhtiar. Tenang dalam takdir tidak berarti menyerah dan tidak melakukan apa-apa, tetapi meyakini bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

Namun tenang dalam menerima takdir harus diiringi dengan sikap yang teguh dalam berikhtiar, karena ia akan menjadi bukti bahwa kita tidak hanya berpangku tangan menunggu takdir, tetapi berusaha untuk meraih yang terbaik.

Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya, “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal,” (QS Ali ‘Imran, [3]: 159).

Ayat ini mengajarkan kepada kita perihal keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal, sehingga kita bisa tenang dalam menerima takdir tetapi tetap teguh dalam melakukan ikhtiar.

Dan apabila kita sudah mampu menyeimbangkan keduanya, maka Demikianlah buah dari iman yang tertanam dalam diri kita.

Tangan kita menanam, mengolah tanah, memilih bibit yang baik, menyirami, memberi pupuk, bahkan melindungi tanaman dari kemungkinan gangguan.