Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

Analis Pasar: Rupiah Spot Diperkirakan akan Bergerak di Kisaran Rp16.550–Rp16.650 Per Dolar AS

×

Analis Pasar: Rupiah Spot Diperkirakan akan Bergerak di Kisaran Rp16.550–Rp16.650 Per Dolar AS

Sebarkan artikel ini
Rupiah Spot
Rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.550 – Rp16.650 per dolar AS, dengan potensi tekanan lanjutan jika indeks dolar AS melanjutkan rebound

Topikseru.com – Pada perdagangan Rabu (22/10/2025) rupiah spot ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot

Penguatan ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 21–22 Oktober 2025.

Berdasarkan data yang dilanisr dari Bloomberg, rupiah spot menguat 0,02% ke level Rp16.585 per dolar AS.

Berbeda dengan pasar spot, mengacu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah justru melemah 0,17% ke posisi Rp16.617 per dolar AS, dibandingkan dengan harga penutupan Selasa (21/10/2025) di Rp16.589 per dolar AS.

Pengamat mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa penguatan rupiah hari ini didorong oleh kebijakan moneter BI yang mempertahankan suku bunga acuan di tengah tekanan global.

Baca Juga  Rupiah Spot Melemah Tipis 0,03% Ditutup di Level Rp16.581 Per Dolar AS Sore Ini

Selain BI-Rate yang dipertahankan pada level 4,75%, suku bunga deposit facility juga tetap di 3,75%, dan lending facility di 5,50%.

“Keputusan BI konsisten dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamentalnya, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi,” ujar Ibrahim.

BI menilai inflasi 2025–2026 masih akan berada dalam sasaran 2,5% ±1%, sehingga ada ruang bagi kebijakan moneter yang lebih longgar.

Bank sentral juga memperkuat kebijakan makroprudensial guna menurunkan suku bunga kredit, meningkatkan likuiditas, dan mendorong pertumbuhan pembiayaan produktif.

Selain itu, BI terus memperluas ekosistem pembayaran digital serta memperkuat infrastruktur sistem pembayaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Kebijakan ini menjadi sinyal positif bagi stabilitas makro, meski pengaruhnya terhadap rupiah masih terbatas dalam jangka pendek.