TOPIKSERU.COM, TAPTENG – Nelayan tradisional bagan pancang di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) kembali semringah setelah hasil tangkapan ikan kembali normal.
Hal ini disinyalir karena mulai berkurangnya beroperasinya pukat harimau di zona tangkapan nelayan.
Seorang nelayan bagan pancang O Zeb (40) di Desa jago-jago, Kecamatan Badiri, mengakui bahwa belakangan hasil tangkapan ikan nelayan tradisional kembali normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saat ini hasil dari laut cukup melimpah, kami nelayan bagan pancang sangat senang, bisa kembali menutupi kehidupan sehari-hari dan bisa melanjutkan cicilan di Bank,” kata Zeb kepada Topikseru.com, Rabu (5/3).
Dia meyakini kembali melimpahnya rezeki para nelayan tradisional tak terlepas dari sorotan media terhadap Beroperasinya pukat trawl atau pukat harimau di perairan pantai barat Sumut.
Zeb mengakui keberadaan pukat trawl menjadi bencana bagi para nelayan yang mencari ikan di area tangkap dangkal. Hal ini lantaran dampak dari pukat trawl yang mengeruk seluruh hasil laut dan merusak ekosistem tempat ikan berkembang biak.
Dia berharap pemerintah daerah dan pusat memberikan perhatian kepada nelayan dengan menertibkan alat tangkap pukat trawl dari zona tangkap nelayan tradisional.
“Kami berharap pemerintah memberikan prioritas terhadap permasalahan keberadaan pukat trawl yang sudah jelas menggangu nelayan tradisional,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini penghasilan bersih rata-rata Rp 1 juta per malam, setelah dipotong biaya operasional dan gaji anggota.
“Semoga hasilnya tetap atau pun bisa tambah agar ekonomi kami nelayan di wilayah pantai barat bisa meningkat,” pungkasnya.
Penulis : Jasman Julius
Editor : Muchlis