TOPIKSERU.COM, MEDAN – Empat pimpinan organisasi mahasiswa kelompok Cipayung Plus Medan ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh pihak kepolisian. Namun, hingga Kamis (8/8), kepolisian belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait dugaan suap yang menjerat mereka.
Kendati disebut telah berjalan lima hari, kabar penangkapan pimpinan organisasi mahasiswa ini baru beredar pada Rabu (7/8) atau setelah tiga hari pascapenangkapan.
Sutrisno Pangaribuan, mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Sumatera Utara, ini menyoroti reaksi bungkam dari kalangan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia juga menyentil para kader, pengurus dan alumni dari empat organisasi yang pimpinan mereka masih ditahan pihak kepolisian, tetapi masih bungkam.
“Demikian juga dengan kelompok Cipayung Plus, seperti HMI, GMKI, PMKRI, KMHDI, HIKMAHBUDHI, IMM, pun belum bersuara. Begitu juga dengan organisasi intra universiter seperti BEM, PEMA, SENAT, HMJ pun belum bereaksi,” kata Sutrisno heran dengan realitas yang terjadi, melalui keterangan tertulsi, Kamis (8/8).
Mantan legislator Sumatera Utara ini juga mempertanyakan memudarnya solidaritas aktivis mahasiswa.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan solidaritas di antara aktivis mahasiswa memudar bahkan nyaris hilang.
Salah satu yang menjadi pemicu, lanjut politikus PDI Perjuangan ini, adalah eksklusivitas organisasi mahasiswa yang terpengaruh oleh sebagian senior atau alumni.
“Ada kelompok aktivis mahasiswa yang di seret- seret para alumni (senior) ke sana- sini, akhirnya membuat aktivis mahasiswa tidak solid. Akibatnya, ketika sebagian aktivis salah langkah, yang lain tidak peduli. Mereka saling membiarkan karena tidak lagi memiliki ‘musuh’ bersama,” kata Sutrisno.
Sutrisno menilai, eksklusivitas menjadi biang dari ‘perpecahan’ dan hilangnya solidaritas di antara sesama mahasiswa.
Selain itu, lanjutnya, arogansi alumni atau senior dari kompetisi tertentu, merembet dan terbawa hingga ke organisasi.
Halaman : 1 2 Selanjutnya