TOPIKSERU.COM, TAPTENG – Kawasan Pantai Barat Sumatera Utara, tidak saja kaya dengan keberagaman hayati, tapi juga destinasi, baik alam, sosial budaya dan sejarah.
Di aspek sejarah, terdapat satu potensi destinasi yang hingga kini belum termaksimalkan, bahkan terkesan tidak terjaga. Yakni peninggalan sejarah, berupa Meriam yang terletak di perbukitan Bottot, Desa Sitardas, Kecamatan Badiri.
Lokasi perbukitan dimana terdapat Meriam, memang terbilang jauh dari akses. Saat ini, satu-satunya jalur menuju situs ini, yakni melalui laut atau mengendarai kapal. Itupun, jika hendak berkunjung, kapal harus menaruh jangkar dengan jarak yang lumayan dari bibir pantai. Sebab, di pantai air cukup dangkal dengan karang yang berbahaya bagi kapal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Memang, jalur menepi kapal tidak saja di bibir pantai dekat Meriam berada. Sejarak 1 kilometer, terdapat dermaga kecil. Dermaga itu milik warga yang membuka warung, yang juga sering dimanfaatkan pemancing, nelayan dan wisatawan untuk sekedar singgah. Namun, dari dermaga ini harus menempuh jalur susur pantai yang terbilang ekstrim.
Meriam Sepanjang 7 Meter
Di Bukit Bottot, berdiri kokoh Meriam sepanjang 7 meter dengan diameter sekitar 0,7 meter menghadap ke Barat. Materialnya diprediksi Tembaga, Kuningan atau Perunggu, buatan pabrikan Inggris, terbukti dari Lambang Kerajaan Inggris yang dipahat di lambung Meriam.
Meriam Bottot tidak ‘berdiri sendiri’. Tiga unit Bunker berada di komplek perbukitan. 2 unit Bunker di bukit yang sama dengan Meriam dan 1 lagi di bukit sebelahnya.
Belum diperoleh informasi mendetail soal situs sejarah ini. Literasinya pun sedikit, termasuk dari warga sekitar. Namun, dari pertemuan dengan seorang Arkeolog dari Balai Arkeologi Medan, Ari Sadewo yang mengaku pernah mendatangi Meriam tersebut pada tahun 2001 lalu, Bunker di Bukit tersebut seharusnya berjumlah 5 unit. Artinya 2 unit Bunker saat ini sudah tidak ditemukan.
Material Meriam Terus Dicuri
Sementara, kondisi Meriam kini mulai memprihatinkan karena upaya pencurian. Belasan Mur di bagian penyangga Meriam sudah hilang dicuri. Di beberapa bagian Meriam terlihat sisa usaha memotong meriam menggunakan mesin pemotong. Paling parah di bagian pangkal yang nyaris terpotong: sedikit lagi.
Tak heran memang, jika ada orang ingin mencuri material Meriam ini. Jika materialnya terdiri dari Tembaga, Kuningan atau Perunggu, maka si pencuri akan mendapatkan harga yang fantastis.
Daya tarik harga yang mahal jika dijual itu lantas didukung faktor lain, yakni lokasinya yang jauh dari pemukiman, ditambah minimnya perhatian. Jikapun ada yang datang, mereka merupakan wisatawan yang sekedar singgah dan berfoto, lantas pergi. Meriam pun di ambang keterancaman.
Bottot Menyimpan ‘Harta’ Wisata yang Kaya
Terlepas dari minimnya sumber informasi dan literatur sejarah tentang situs Meriam dan Bunker di perbukitan Bottot, termasuk menyangkut nama dan penyebutan ‘Bottot’, kawasan ini merupakan perpaduan potensi pariwisata yang layak dipromosikan dan dikembangkan, tentu dalam konsep ekowisata.
-
Ragam Kantong Semar
Selain Meriam dan Bunker peninggalan sejarah, di perbukitan Bottot terdapat beragam Kantong Semar (Nepenthes) diprediksi penulis sedikitnya 7 jenis, termasuk Nepenthes Sumatrana yang merupakan endemik Sumatera.
-
View Teluk Tapian Nauli yang Mempesona
Dari perbukitan Bottot, tersaji hamparan pemandangan Teluk Tapian Nauli yang mempesona. Tepat di hadapan bukit, terdapat Pulau Situngkus yang berbentuk Piramida. Mitologi di masyarakat soal Pulau ini, asal muasalnya dari Sebungkus Nasi Putri Runduk yang melegenda.
Disebelahnya, terdapat Pulau Bakar yang berbentuk lonjong. Di pulau ini, terdapat Makam yang oleh masyarakat diyakini sebagai Makam seorang Syekh bernama Syekh Bakar.
Halaman : 1 2 Selanjutnya